Beritainfo pembangunan

Usul Membangun Konektivitas Potensial Wilayah Karas, Mengenjot Pusat Ekonomi Baru Selatan Papua Barat

Bagikan ke :

Pertemuan Bupati Fakfak, Dr. Drs. Mohammad Uswanas, M.Si bersama dengan beberapa Direktur Bappenas RI di Jakarta

Infobappedalitbang Fakfak_ Sebagai upaya mengenjot pengembangan pusat pertumbuhan ekonomi baru di wilayah Papua Barat, Bupati Fakfak Dr. Drs. Mohammad Uswanas, M.Si melakukan audiensi dengan beberapa Direktur Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/Bappenas RI di Jakarta (Senin, 22/04/19).

Kesempatan ini, Bupati Fakfak diterima langsung oleh Direktor Pangan dan Pertanian, Bappenas RI, Dr. Anwar Sunari dan Direktorat Transportasi Bappenas Dr. Budi Hidayat. Serta mewakili Direktur Daerah Tertinggal, Transmigrasi dan Perdesaan Bappenas RI, oleh Moksen Sirfefa.

Budi Hidayat, Direktur Transportasi yang merupakan salah putra dari Almarhum Bpk. Soekarno, yang menjabat Wakil Bupati Fakfak tahun 1980-an,membenarkan tentang potensi yang dimiliki Fakfak. Dilihat dari keberadaan potensi sumber daya alam yang luar biasa besarnya, sehingga konektivitas antar moda baik darat, laut & udara harus terintegrasi. Hal ini spontanitas disampaikan karena ia pernah tinggal di Fakfak waktu itu yang hingga kini belum terkoneksi dengan baik. Disampaikan pula, dalam waktu dekat akan mengunjungi Fakfak atas undangan Bapak Bupati Fakfak

Saat audiensi ini, Bupati Fakfak langsung mengutarakan maksud dan harapannya untuk mengusulkan pengembangan pusat pertumbuhan ekonomi baru, di Distrik Karas sebagai salah satu wilayah yang potensial. “Beberapa prioritas yang urgensi sebagai langkah mendorong pusat ekonomi baru. Mungkin dimulai dengan mengenjot konektivitas transportasi, khususnya jalan darat yang menghubungkan Fakfak-Karas (pada ruas jalan sanggram-weri-nusalasi-karas) sepanjang 96 Km. Hal ini, dirasakan perlu adanya dukungan pemerintah pusat melalui APBN untuk peningkatan ruas jalan tersebut. “Kalau dari Fakfak langsung ke Karas diperkirakan 151 km. Sekian kilometer telah di bangun Pemerintah daerah. Sisa dari yang disebutkan tadi penting untuk di bantu dipercepat oleh pemerintah pusat. Hal ini agar pertumbuhan ekonomi baru di kawasan baru segera terealisasi.

Alasan ditekan pentingnya ruas jalan ini, Bupati Fakfak memaparkan soal aksesibilitas menuju Karas yang ada saat ini hanya  bisa melalui jalur laut  yang disesuaikan dengan musim tertentu baru dapat dilewati. Diceritakan, si saat musim ombak, ketinggian ombak bisa mencapai 5 meter, khususnya di wilayah tanjung Keramat dan banyak sudah memakan korban akibat kecelakaan laut (tenggelam) di daerah ini.

Disisi lain, dengan percepatan aksesibilitas akan mendukung rencana investasi kembali PT. Prabu Alaska melalui pembangunan pabrik Sawmill di Karas dan rencana pengembangan agroindustri, peternakan sapi dan perkebunan pala yang sedang digagas oleh Anwar Sunari, salah satu inisiator investasi. “Boleh percaya atau tidak, bangkitan ekonomi akan tumbuh di sepanjang jalur trans Fakfak-Karas ini, bila terwujud,

Lebih lanjut, dalam rencana pengembangan peternakan sapi, Bupati Fakfak mengusulkan agar Pemerintah Pusat dapat mendukung pengembangan pilot project pengembangan Sapi yang lebih tahan terhadap agroklimat dan kondisi lingkungan di Fakfak. Impor sapi yang selama ini di bantu oleh Pemerintah Pusat, dilakukan sebagai sapi indukan, yang didatangkan dari Australia ternyata kurang sesuai dengan lingkungan di Fakfak. Sebagai solusi, ditawarkan oleh Bupati Fakfak untuk dapat dibantu oleh Pusat dengan jenis Sapi Gaur (atau di Negara Malasya disebut dengan Sapi Seladang/di Burma dikenal dengan nama Pyoung). “Ini sejenis Sapi Bison India yang makanannya sangat mudah selain rumput juga belukar sehingga memiliki kecocokan dengan kondisi alam dan hidup di daerah tropis di Asia seperti pada wilayah di Fakfak jika di bandingkan dengan jenis sapi lainnya.

Menurutnya, kemungkinan jenis sapi ini juga pernah diberikan saat bantuan Presiden RI tahun 1970-an yang beberapa diantaranya lepas dan menjadi liar di hutan. Kini populasinya diperkirakan mencapai 3000 ekor. Sapi ini bisa dijadikan sebagai sapi indukan yang terbukti memiliki daya tahan tubuh yang kuat dengan bobot yang besar. Nantinya, opsi ini dapat menjadikan pilot project SAPI GAUR sebagai sapi indukan untuk dapat diuji coba dan dikarantina di Fakfak selama periode tertentu untuk dapat melihat daya tahan sesuai kondisi agroklimat di Indonesia. “Kalau ini direstui, komitmen kami untuk sanggup menyediakan dan mengoptimalkan areal/lahan peternakan dan tenaga kesehatan hewan.

Pada akhirnya dengan terbangunnya konektivitas wilayah dan memanfaatkan keunggulan potensi yang ada di Fakfak menjadi pusat pertumbuhan baru. Dapat mengejot pengembangan pusat pertumbuhan ekonomi baru, meningkatkan pemerataan ekonomi masyarakat di Selatan Papua Barat umumnya. (Doddy_Bappenas RI).


Bagikan ke :

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *